Jumat, Februari 08, 2008

Mulih

Di kota yang berjarak sekira 400 km dari Jakarta, saya menerima pesan pendek yang ringkas: “Gak perlu terburu-buru pulang. Santai sajalah!”

Ini salah satu pesan terbaik yang saya terima di tahun 2008. Kaki ini rasanya makin ringan melangkah. Menyenangkan rasanya. Sebab salah satu hal yang diinginkan orang yang sedang kelayaban adalah tak ada yang memintanya pulang secepat-cepatnya.

Saya jadi ingat kutipan mendiang Gie yang paling terkenal. Saya memelesetkannya sedikit:

“Nasib terbaik adalah menggelar perjalanan tanpa pernah disuruh pulang, yang kedua hanya sesekali ditanya kapan pulang dan yang tersial adalah terus menerus ditanyai kapan pulang.”

12 komentar:

p3m4 d04nK mengatakan...

Damai banget yach Mas...!!! Berkelana tanpa disuruh pulang. Pinginnnnnnnnnnn.....

D.A.Sujana mengatakan...

Zen,kenapa tulisanmu yang ini, walau pendek,tapi bikin saya bergidik juga...
Mungkin nasib kita sama.
Soal pulang ini,saya selalu ingat bait salah satu puisi Isbedy Stiawan ZS:
"Aku harus pergi
karena dengan begitu aku ingin pulang"...

Zen, saya ikut kamu ajah...Agak malas untuk pulang...Paling bahagia jika jarang ditanya soal pulang-memulang...

Sukses terus...

salam;

dhe alias denny ardiansyah

Anonim mengatakan...

sepertinya kamu harus pulang deh..
Ada tagihan listrik yang belum dibayar.

Anonim mengatakan...

Saya juga lagi malas pulang nih...
Salam kenal mas :)

Okky Madasari mengatakan...

bukankah yang lebih menyedihkan adalah ketika tak ada seorangpun yang menantikan kepulangan kita?

Anonim mengatakan...

Tentang pulang, selalu menarik di bahas.

Kapan-kapan kita bahas kepulangan ini di angkringan tugu mas?

kw mengatakan...

beruntungnya aku, karena tak punya rumah, jadi tak ada yang mengharap kepulanganku. :)

Anonim mengatakan...

Saya sedang bertugas di salah satu project tempat saya bekerja di pedalaman kalimantan. Dan hampir semua orang disini selalu bertanya; sampai kapan disini? kapan balik ke jakarta?

salam kenal ya..

Anonim mengatakan...

waaah suka jalan-jalan ya Mas? Atau melarikan diri dari sesuatu makanya males pulang? :P

zen mengatakan...

@pema doang: bisa damai bisa gak, pastinya, sesekali perlu dicoba, sebelum jadi tua.

@deny: knp bergidik? ada hal yg kasuistik? hehehe...

@iman brotoseno: persis, mas iman. saya kemarin mampir di jogja utk urus listrik dan kamar yg bcor.

@ahmad simanjuntak: malas pulang? good! lam kenal juga, ya...

@okky: tergantung kepergianmu utk siapa. jk utk org lain, pasti berharap ada yg nunggu. tp jika berjalan utk diri sendiri, biasanya tak begitu peduli ada yg nunggu atau tak. piye pantai di bali? hihihihi....

@sandal: sudah diganti di djendelo, kan? sayang lom sempat omongin kepulangan. kapan2 ya....

@kw: yg bener nih mas? ati2 oh ntar kualat! hehehe

@evie: hahaha... itu kutukan jk kita sedang betah di rantau, tp obat mujarab jika kt sedang rindu. udah kemana aja nih di borneo? dah cari anggrek biru di pedalaman kapuas?lam kenal jg ya, mbak...

@chic: melarikan diri? hehehehe... masalah itu seringnya datang justru saat kita di jalan, lebih2 kl kita bepergian utk orang lain, bkn utk diri kita sendiri. lam kenal ya, chic....

astrid savitri mengatakan...

Uh,justru sebaliknya..sy jarang bepergian, dgn 2 alasan; (1) rumah adl tempat paling nyaman bwt sy (2)sy punya masalah dgn motion sickness -- alias gampang mabok!

Anonim mengatakan...

Selalu memimpikan saat-saat kelayaban dan tak ada yang memintanya pulang secepat-cepatnya. Dan berharap mendapat nasib terbaik "menggelar perjalanan tanpa di suruhpulang"

Salam kenal pak.