Selasa, Januari 15, 2008

Sebuah Nisan Penuh Cinta

Paper Henri Chambert Loir, sejarawan Prancis yang sempat dididik oleh mahaguru Dennys Lombard, membuat saya kembali membaca sebuah kisah cinta yang melankolik.

Paper itu membicarakan sebuah teks yang susunan hurufnya diacak sedemikian rupa sehingga teks tersebut bukan hanya tak bisa dipahami, tetapi sekaligus juga tak bisa dibaca. Untuk membaca dan memahaminya, kita mesti mengerti lebih dulu polanya. Dan itulah kesulitannya.

Teks yang dibicarakan di situ merupakan sebuah inskripsi yang ditemukan di nisan tua dari awal abad-20 yang ditemukan di Desa Sinderan yang sekarang berada di wilayah Pacitan. Siapa yang menyangka jika inskripsi yang susunan hurufnya diacak sedemikian rupa itu ternyata sebuah pasase penuh pujian dan pernyataan cinta untuk jenazah yang dikubur di bawahnya?

Saya ketikkan satu baris saja dari inskripsi yang tergurat di nisan itu sebagai contoh:

Z ? G JX F X F N T B D F W E F
D X W B U J H R V W W G Z E B Q
Z Z Z B ? G K B M A G X B Z M Q

Coba, apa yang bisa dibaca dari deretan huruf yang susunannya begitu acak itu?

Nisan yang digurati inskripsi melankolik itu berada di sebuah kuburan yang dinaungi oleh atap yang ditopang dengan sejenis candi kecil bergaya Neo-Yunani. Menurut cerita penduduk setempat, di situ dikubur seorang perempuan Jawa bernama Jamiyah. Dia disebut-sebut meninggal pada usia yang masih relatif muda, sekira 35 tahun. Kuburan, berikut candi, nisan dan inskripsi yang diguratkan di situ dibangun oleh suaminya, seorang Belanda totok bernama Marcus Jacobus van Erp Taalman-Kip. Orang-orang di sekitar kuburan menyebutnya Meneer Gip.

Kebangsaan pasangan suami istri itu, lingkungan setempat yang Jawa serta sudah mulai berkembangnya bahasa Melayu membuat siapa pun yang ingin memahami inskripsi ini mesti tahu lebih dulu bahasa apa yang digunakan. Belanda? Jawa? Melayu? Belum lagi persoalan untuk menemukan pola susunanan hurufnya yang jelas-jelas lebih rumit.

Banyak orang yang penasaran dengan inskripsi itu dan sudah banyak peneliti yang mencoba memecahkannya. Hingga nyaris satu abad, rahasia yang membekap inskripsi itu masih juga tak terkuak. Sampai kemudian, datanglah sejarawan Belanda, Willem Remmelink, yang salah satu bukunya pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Jendela, Perang Cina dan Runtuhnya Negara Jawa 1725-1743.

Dia berhasil memecahkan inskripsi itu. Caranya, dia lebih dulu mencari polanya, dan ia berhasil menemukannya. Dari jurnal Archipel edisi 49 tahun 1995, saya menemukan kalimat apa yang sebenarnya tergurat di nisan Nyai Jamiyah itu. Seluruhnya ternyata menggunakan bahasa Belanda. Saya kutipkan di sini:

“Aan myne innig geliefde vrouwe Djamilah. Geboren in achttien hondred drie en zeventig, overleden den twaalf den December wegentien hondred en een. O myn Djamiyah myn roos van Saron, hoe meet ik U myne liefde en hoogachting betuigen? De heele wereld is my daartoe te klein. Zal ik U ooit wederzien? Als er een leven is hierna maals moet gy thans in het paradyz zyn. Gy waart zoo goeden wee zoo met vuil gegoid. Daarom ik zal den moeilyken weg over Golgotha nemen en uw eer terug vinden, Tot weder ziens!”

Karena nilai kuliah bahasa Belanda saya sedang-sedang saja, saya percayakan terjemahannya pada Henri Chambert Loir. Begini terjemahannya:

“Kepada istriku yang sangat tercinta, Djamiyah. Lahir pada tahun 1873, meninggal pada 12 Desember 1901. O Djamiyah, mawarku dari Saron, bagaimana cinta dan hormatku harus kunyatakan? Dalam hal ini, seluruh dunia terlalu kecil buatku. Apakah aku akan bertemu lagi denganmu? Kalau ada kehidupan di akherat, maka kamu pasti ada di sorga sekarang. Kamu begitu baik, kamu begitu saja dilempari kotoran. Oleh akrena itu, jalan sulit di atas bukit Golgotta akan kutempuh untuk mencarimu. Sampai jumpa lagi!”

Romantik bukan? Mungkin sampeyan-sampeyan sekalian pernah membayangkan untuk mengguratkan sebait puisi romantik di nisan orang yang sampeyan cintai. Tapi pernah terpikirkan tidak untuk mengguratkannya dengan susunanan huruf yang diacak? Jika itu dilakukan, saya kira, romantisme itu bisa lebih kuat. Ya, seberapa dalam cinta sampeyan hanya sampeyan sendiri yang tahu. Liris dan personal, bukan?

Kecuali jika ada sejarawan macam Remmelink sudi jauh-jauh datang dari Belanda untuk keluyuran di kuburan dan memecahkan bait puisi yang sudah sampeyan acak lebih dulu, itu lain soal.

Saya sih gak kepikiran untuk menulis inskripsi yang romantik di nisan kekasih atau istri saya jika mereka wafat lebih dulu. Paling banter saya akan menulis inskripsi yang susunannya begini:

E I R U C R E M E I D D E R F A M A S N A R A C A P K O K H E L O B U M A K A N A S I D AY HARAM N A G N A J I T N A G G N E P U M G N A B A N A K N I J I I N I I L A K H A L A P A K A T I P A T N A I R I D N E S U K A I N I K U K I U U L U H A D N E M U A K A Y N A G E T N A G N I D N A B A D A I T K I T N A C G N A Y U K H I S A K E K O R T S A S N A I D

Itulah susunan huruf yang mungkin akan aku tulis di nisan kekasih atau istriku jika dia meninggal lebih dulu. Coba tebak, apa kalimat dari susunan huruf-huruf yang sudah kuacak itu?

Daripada sampeyan pusing, mendingan aku terjemahkan sekalian di sini deh. Gini nih kalimatnya:

“Dian Sastro, kekasihku yang cantik tiada bandingan, teganya kau mendahuluiku. Kini aku sendirian. Tapi, tak apalah. Kali ini, ijinkan abangmu mencari pengganti. Jangan marah, ya. Di sana kamu boleh kok pacaran sama Freddie Mercurie. Muach!”

Hahahaha….

19 komentar:

Lida Handayani mengatakan...

Abang apa? Bang Roma? hahaha.

Unknown mengatakan...

zen, freddie mercury ? ga salah? kekekeke ^_^

astri

Anonim mengatakan...

huahahahahaha
Zen, hari gini masih ngefans dian sastro?
luna maya donk ah. hehehehe

eh, tp tulisan di kuburan yg pertama itu mantab jew... bikin merinding... :D

sayurs mengatakan...

2ADAGNEMUM
IRIDAJASAS
IBORBUAKHA

Kresna mengatakan...

kok makin hari blognya bang je2n aneh bahasanya, tidak seperti biasa yang ndakik-ndakik, dibeberapa tulisan yang baru cuma pendek-pendek dan hendak melucu mungkin...hehehe

ada apakah...?

ai... dian sastro udah gak jaman...

Anonim mengatakan...

Emang yakin iklas kalo Dian Sastro kepincut ama Fredy Mercury Mas? :D

Anonim mengatakan...

kalo saya enskripsinya waktu kecil pake model begini:

wagaktugu sagayaga magasigih kegecigil, sagayaga segenegeng bagangeget sagamaga pugupugut megelagatigi..sagayagany segekagaragang sigi pugupugut sugudagah kagawigin...dagamagn..!!!!

putritidur mengatakan...

Jadi membayangkan jd jamiyah..duh, senangnya..it's really romantic! hiks hiks..so sweet! :) -putritidur-

Okky Madasari mengatakan...

zen..zen..seleramu kuwi lhooo...dian sastro?? deuh...:(:(

MANUSIA PNEUMOTOFOS mengatakan...

huwahahaa..

Ente lagi peremajaan blog ni yee? Kok belakangan ini kocak2 mulu tulisannye?

Huwahaha..

G nepe bro, enakkan begini, ga usah ndakik2, untuk pinter itu kan kudu melulu serius.

Lanjut lah..

Ane tunggu nyang laennya..

zen mengatakan...

@lida: bang...ku! hehehe...
@astri: freddie mercurie kan katanya hombreng,makanya,gak pa2, biar dian sastro jg ttp setia di sono.
@arya:dian sastro ki mimpi masa remaja jew... (maksude masa sem. 2)
@sayurs: wah, kodenya dibalik kan?
@die sonne:gak ada apa2 kok, krisna.
@sandalian: gak pa2, kok.soalnya ntar aku dapat luna maya dech.jadi impas.
@ipungmbuh: itu mah lbh parah dari gagap! hahaha...
@putritidur: coba deh cari suami kaya dan brown,ntar dibuatin inskripsi kaya gt.
@okkey: kuwi ki selera pertama jew.cinta pertama kan abadi jarene...
pneumotofos: njul, kata kundera, tuhan tertawa waktu manusia berpikir.hehehe...

Slamet Widodo mengatakan...

wah pesaing nih....
awas ya deket cewek gw...
:D

lavender mengatakan...

dari awal bacanya konsennnn banget, trus udah mulai tercipta suasana romantis...ihhh endingnya buat sayah ngakak ama mas freddy. haha

suerr, romantis banget itu tulisan orang belanda, apa orang belanda emang pada romantis yak?

salam kenal zen,

Unknown mengatakan...

saiki sing hot lagi mulan djameela...
bikinin inskripsine donk...

me mengatakan...

adeww.. :)

bikin bahasa planet wat yang tersayang.. romantis, dan tidak untuk diwariskan pada anak cucu :D

salam kenal pak!
nice writing here.. ^_^

eva,
-mejikuhibiniu-

None mengatakan...

aaauhauhauhauhauhauh...

*dibacanya apa ayoooo??
hehehe...
salam kenal!

Meita Win mengatakan...

hahaha...nice one, bro!
love it!

butuh bantuan untuk buat tulisan niy, care to chat?

lemme know. thanks :)

Bude Judes mengatakan...

wakakakaka...ya betul dian akan lebih cepet matinya kalo punya suami macem gini :D

Lelaki Budiman mengatakan...

Kalo baca skrip yg kamu buat diatas batu nisan jadi inget sandi waktu jaman SD ikut pramuka, he ... he ...
Numpang belajar nulis yah ...