Sabtu, Desember 22, 2007

Pulang Pisau

“Begini saja, aku akan membuatkan
sebuah peta menuju hatiku. Setuju?” katamu


Di sini hanya ada jeda
sungai yang coklat
dan sebungkus tusuk gigi
yang kau kirim lewat truk-truk pengangkut batubara

Apa yang ingin kau cungkil dariku, adikku?

Tak ada lagi sisa
bahkan sebutir slilit di gerahamku yang rompal
oleh gigil yang menahun

Tapi kau tak habisnya mengulitiku
kali ini dengan sepucuk pisau tanpa gagang
yang kau kirim, juga, lewat truk pengangkut batubara

Apa lagi yang ingin kau sayat dariku, adikku?

Bahkan kangen yang tawar ini
ingin kau renggut juga?

[pulangpisau, kal-teng, 9/7/07]

2 komentar:

sang pencari mengatakan...

pertamax!

Anonim mengatakan...

puisi bagus, zen! bagus sekali.

Bersyukurlah kau mengalami momen serentak macam ini: ketika semua sejarah hidupmu seperti terbuka dan tampil dg begtu jelasnya.

Kau memang keras. (karaktermu yg ini jg lg dibahas sama para pengunjung blog perempuanmu itu) Tapi jika tak keras, mana bisa kau jadi penulis dan dihormati sejumlah temanmu? Bahwa kekerasan karakter ini akhirnya memakan tumbal dirimu sendiri, take it, ambillah.

Semua kawanmu tahu, kau orang baik dan tulus, lebih dari siapa pun!