Senin, November 05, 2007

Biografi Hujan

Hujan --bisa jadi-- adalah isyarat dari langit yang tak mampu lagi menampung awan atau tentang awan yang tak lagi kerasan menggantung kelamaan.

Di kaca depan, aku melihat rinai hujan melukis jelujur garis rapuh yang mudah timbul dan mudah pula tenggelam. Lalu, dengan kecepatan yang perlahan, rinai itu mewariskan kelembaban yang –entah bagaimana caranya—tiba-tiba menyelinap ke kaca bagian dalam dan membentuk titik air yang begitu halus, juga lembut.

Kadang aku iseng menggerakkan ujung telunjukku di kaca bagian dalam yang lembab oleh titis air hujan yang begitu halus itu. Kadang guratan ujung telunjukku tak membentuk apa-apa. Kadang aku menuliskan sebuah kata. Sore ini aku mencatatkan namamu di sana.

Coba kau tengok halaman rumahmu yang basah dan becek itu. Perhatikan bagaimana hujan dan pepohonan bersenggama dengan diam-diam. Bayangkanlah, kira-kira apa yang dikatakan akar pohonan itu pada langit yang mengiriminya kekasih bernama hujan?

3 komentar:

Anonim mengatakan...

lagi kangen sopo zen?

Meita Win mengatakan...

aahhh..nice words!
love it :)

dyahwie mengatakan...

uhm...saya tidak terlalu sreg dengan kata "bersanggama". kurang sakral dan kesannya malah out of date.

kayaknya lebih mending kalo pake "bersetubuh"...hehehe...sounds lebih seksi, atau malah lebih vulgar? hihihi

tapi lebih sreg lagi sih kalo dihilangkan saja. ngganjel dan "nggriseni". hihihi. (walah)